Bursa saham memang masih menjadi bisnis yang hanya dikenal kalangan sangat terbatas. Para pelaku jual beli di bursa saham, belum bisa dijalankan oleh masyarakat pada umumnya. Namun demikian, volume perdagangan di bursa saham memberi pengaruh besar bagi statistik perekonomian. Bahkan, pergerakan indeks bursa saham kini sudah menjadi salah satu alat ukur kondisi perekonomian sebuah negara.
Kota-kota besar di dunia, menjadikan bursa saham sebagai salah satu prasyarat yang bisa dikatakan mendekati wajib. Lihatlah kota-kota besar besar seperti Tokyo, New York, Hong Kong, dan sebagainya mewarnai dinamika perekonomiannya dengan bursa saham. Kota-kota ini kemudian menjadi titik penting bagi perekonomian dunia.
Meski perannya kini sangat kuat bagi indikator perekonomian dunia, bursa saham sebenarnya tercetus dari sebuah pertemuan sederhana para pengusaha di masa lalu. Pada bulan Maret 1792, sebanyak 24 pengusaha kenamaan di kota New York bertemu secara rahasia di Hotel Corre untuk mendiskusikan cara terbaik menjaga bisnis dari persaingan yang mulai menggeliat. Pesaing yang mereka hadapi saat itu adalah pasar lelang.
Dua bulan setelah pertemuan rahasia itu, mereka kemudian menyepakati beberapa poin yang tertuang dalam sebuah dokumen. Penandatanganan yang menjadi simbol disepakatinya dokumen itu terjadi tanggal 17 Mei 1792. Dokumen itu kemudian dinamai Buttonwood Agreement. Nama ini diambil dari nama pohon yang dijadikan tempat para pengusaha itu berteduh sambil menunggu ditandatanganinya dokumen yang menjadi cikal bakal berlangsungnya perdagangan saham di seluruh dunia.
Para pengusaha ini kemudian mendirikan pasar bursa yang nantinya menjadi Bursa Saham New York dan berada di 11 Wall Street. Nama Wall Street ini sendiri berasal dari para pendatang asal Belanda yang melindungi dirinya dengan tembok untuk menghindari penyerangan dari Suku Indian. Sepanjang tembok ini kemudian malah menjadi jalur komersial yang sangat ramai. Dari sinilah kemudian jalur itu dikenal sebagai Wall Street tempat berdirinya bursa saham berpengaruh di dunia.
Menurut situs hermes-press.com, bursa saham pertama, sebenarnya didirikan di Philadelphia pada tahun 1790. Namun saat itu belum berfungsi sebagaimana mestinya akibat banyak kekacauan. Sedangkan New York Stock Exchange baru secara formal berdiri 8 Maret 1817. Dokumen yang ditandatangani para saudagar di bawah pohon buttonwood menjadi landasan pembentukannya.
Pasar bursa New York ini mulanya menyewa satu ruangan di bangunan yang beralamat di 40 Wall street. Setiap pagi, presiden pasar bursa New York pertama, Anthony Stockholm, setiap pagi membaca volume perdagangan saham yang terjadi hari sebelumnya. Perdagangan di bursa saat itu hanyalah untuk kelompok yang sangat eksklusif.
Untuk menjadi anggota kelompok itu, seseorang harus ditentukan melalui pemungutan suara di antara para anggota. Jika ada tiga orang anggota yang menyatakan menolak, maka otomatis calon anggota baru itu tertolak. Di tahun 1817, harga saham 25 dolar AS, sepuluh tahun kemudian naik menjadi 100 dolar AS, dan di tahun 1848 naik lagi menjadi 400 dolar AS. Dari sinilah kemudian perdagangan saham menjadi salah satu warna tersendiri bagi roda perekonomian.