Mekkah Tidak Bisa Dijadikan Titik Nol


 

Indonesia tidak hanya menggunakan tiga zona waktu. Jauh sebelum kemerdekaan, saat Belanda masih bercokol, zona waktu yang digunakan berjumlah enam.. 

Peneliti astronomi dan astrofisika Thomas Djamaluddin mengaku kurang begitu paham kenapa di zaman Belanda menggunakan hingga enam zona waktu. Namun, dia menjelasan konsep zona waktu tidak ada yang mutlak. Zona waktu ditetapkan atas kesepakatan.

Kepada Islahuddin dari merdeka.com yang menemui dia Selasa (13/3), Thomas menjelaskan soal sejarah penetapan zona waktu di Indonesia dan dunia. Berikut penuturannya:

Seperti apa sejarahperubahan zona waktu Indonesia? 
Tiga zona itu yang kita pakai sekarang diberlakukan sekitar 1963. Kemudian ada revisi tahun 1988 yang memasukkan Kalimantan Tengah dan Barat menjadi WIB, kemudian Bali menjadi WITA. Saya tidak tahu apa alasan Belanda menggunakan enam zona. Namun, tidak ada hal mutlak dalam penetapan zona waktu, itu berdasarkan kesepakatan seluruh dunia saja. Unsur-unsur politik dan ekonomi yang mempengaruhi.

Apakah penentuan Greenwich itu juga politis?
Tidak sepenuhnya, tapi lebih banyak ke arah teknis. Kalau Greenwich itu di 180 derajat ke arah timur dan ke arah barat, kemudian menjadi garis tanggal, berada di lautan. Jadi pergantian tanggal itu justru terjadi di lautan. Kalau berada di lautan kita tidak berisiko mengubah tanggal. Berbeda jika garis nolnya bukan Greenwich. 

Bagaimana dengan wacana yang menginginkan Mekkah sebagai titik nol seperti Greenwich? 
Jika Mekkah dijadikan bujur nol, garis belah tanggalnya membelah daratan Alaska dan Kanada. Jadi di Alaska masuk tanggal 1 Januari di Kanada masih 31 Desember, hanya melewati perbatasan saja sudah beda tanggal, itu tidak baik. Orang sudah melangkah saja berubah tanggal, orang balik, waktunya jadi mundur lagi. 

Terus garis tanggal Greenwich melewati apa dalam perhitungan tiap perubahannya? 
Inilah kenapa Greenwich dijadikan titik acuan. Garis tanggal itu memang diupayakan melalui lautan yang tidak ada penduduknya. Orang melewati lautan membutuhkan waktu dulu, jadi tidak sekadar  melangkah kemudian terus ganti tanggal. Oleh karenanya titik nolnya di sekitar Inggris itu, bukan suatu kebetulan atau politis, tapi alasan teknis dan ekonomis, jadi teknis ilmiah. Kalau ada usulan Mekkah sebagai garis nol, tidak punya alasan ilmiah, hanya alasan semangat ingin mejadikan Mekkah sebagai pusat. 

Apakah ada gengsi di dalam penetuan lokasi titik nol itu?
Titik nol bukan berarti menjadi pusat, Greenwich itu tidak ada apa-apanya sebagai pusat. Kalau Mekkah proyek mercusuar saja atau mungkin ada alasan-alasan lainnya. Jika Anda tahu, untuk menentukan arah kiblat di Mekkah itu justru lebih susah dibanding wilayah lain yang jaraknya jauh. Di Makkah kita tidak bisa menggunakan kompas, karena jaraknya terlalu dekat, harus menghitung dulu. 

Apakah zona waktu Greenwich juga diikuti sepenuhnya oleh negara-negara dunia? 
Memang nuansa politis dan ekonomis itu yang menyebabkan garis zona waktu itu mengikut ke batas-batas negara. Seperti Cina zona waktunya menjorok ke arah barat, supaya wilayah barat sama dengan wilayah timur dengan rujukan waktu Beijing. Nah, negara lain juga membuat seperti itu. 

Apa saja kesepakatan negara peserta dalam penentuan Grreewich saat Konferensi Meridien Internasional 1884?
Saat konfrensi penentuan Greenwich sebagi titik nolnya, kemudian garis tanggalnya melewati Pasifik. Dari situ kemudian ada penyesuaian-penyesuaian yang semuanya diatur. Wilayah ini berapa jam setelah Greenwich dan seterunya. Prancis bikin aturan sendiri, demikian juga Kanada dan Alaska juga punya aturan sendiri. Penetuan titik nol itu didasari perjalanan kereta jarak jauh, ketika melewati perbatasan waktunya berbeda dengan aturan tidak baku. Karena aturan tidak baku itu menyulitkan, sejak 18 oktober 1884 di Ibu Kota Washington DC disepakati garis nolnya di Greenwich yang kemudian setiap 15 derajat bertambah atau berkurang satu jam. Karena terkait wilayah negara, maka ikut dibelok-belokkan. 

pagipenuhinspirasi.blogspot.com 2009 powered by blogger