Dikutip dari Register, firma keamanan Imperva menyatakan bahwa tingkat deteksi virus oleh sejumlah firma antivirus itu kini menurun 5% dan sejumlah produk antivirus yang digunakan oleh segmen enterprise dan konsumen 'tidak proporsional dan efektif'.
Imperva dalam studinya itu bekerjasama dengan Technion-Israel Institute of Technology; menguji 82 sampel malwarepada 40 produk antivirus, termasuk dari Microsoft, Symantec, McAfee dan Kaspersky.
Tes tersebut mengungkap bahwa hanya di bawah 5% produk antivirus yang sukses mendeteksi malware tersebut.
Studi itu juga mengungkap bahwa para pembuat virus meningkatkan kemampuan mereka. Jika infeksi virus besutan mereka menyebar, maka akan secara otomatis menghasilkan sampel-sampel identik, sehingga agak sulit 'dicerna' oleh database antivirus.
"Varian malware ini biasanya meninggalkan celah yang besar dan rawan. Para ahli keamanan bakal tidak bisa mendeteksi infeksi tersebut, sampai akhirnya menjadi sebuah krisis besar," ungkap pihak Imperva.